Jumat, 30 September 2011

Belajar dari 'Ulat'

Bila mendengar kata 'ulat',yang terlintas di pikiran kita pasti adalah hewan kecil,hijau,berbulu,gatal dan hama tanaman
tapi,pernahkah kita mengandaikan diri kita sebagai ulat?
jika aku ditanya,hewan apa yang aku benci,jawabannya adalah ulat,karena aku benci dengan hewan yang detil
tapi,aku sangat salut padanya
mungkin jika aku menjadi ulat yang dapat berbicara,kalimat ini yang akan kuucapkan
"mengapa banyak orang yang membenciku? mengapa aku tidak berguna dan hanya menyusahkan manusia dengan memakan tanaman mereka? apakah aku hanya parasit? tapi apakah aku salah? aku juga perlu makan"
Mungkin ulat juga bisa merasa bersalah atas perbuatannya. Mungkin ia juga merasa 'useless'.
Pernahkah kita mengecewakan diri kita dan orang lain lalu kita merasa tidak berguna?
jika aku ditanya,jawabannya adalah 'iya pernah'
jika kita saja pernah merasa seperti itu,mengapa kita tidak berpikir bahwa orang lain juga bisa merasa hal yang sama jika kita mencaci maki,membenci,atau sekedar takut pada mereka?
saat aku merasa benar-benar terjatuh,hanya satu yang terlintas dipikiranku,yaitu ulat.Mengapa?
lihatlah,meskipun semasa menjadi ulat ia tidak berguna bahkan hanya bisa menyusahkan,namun ia tetap terus tumbuh,menjadi kepompong yang dibuatnya sendiri tanpa bantuan orang lain,dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang indah.
Bukan hanya indah,ia juga menjadi berguna untuk orang lain,ia membantu penyerbukan bunga. Bukankah itu suatu hal yang hebat?
Ia benar-benar merangkak dari nol dan akhirnya bisa menjadi sesuatu yang hebat.
Mungkin tidak seberapa,namun hal itulah yang akhirnya bisa membuatku bangkit dan sadar akan pentingnya untuk terus berusaha dan pantang menyerah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar